Text
How to love Indonesia
Makan siangku ini adalah nasi soto. Suri juga memesan makanan yang sama denganku. Maklum sajalah dia suka ikut-ikutan. Ah, tidak, dia memang suka soto. Suri tidak pernah mengikuti orang lain.
Disaat semua orang mengikuti mode masa kini, suri tetap tampil seperti orang-orang zaman dulu. Pelestarian budaya bangsa. Lagu-lagu tradisional di telepon genggamnya sangat banyak. Aku bosan melihat telepon genggamnya. Dia rela pergi jauh-jauh hanya demi melihat adat istiadat berbagai macam suku di Indonesia secara langsung.
Selain itu, dia juga menggunakan internet untuk mencari berbagai informasi dari setiap suku. Mulai dari pakaian tradisional, makanan tradisional, segala hal yang masih tradisional. Berbelanja juga ke pasar tradisional. Itu juga alasannya dia suka mengikuti orang ke pesta pernikahan ataupun ke upacara-upacara adat. Tapi, kalau dia diajak ke pesta ulang tahun ataupun pesta-pesta yang tidak menyinggung prosesi tradisional, dia tidak akan mau dating.
Aku bukan manusia yang cinta tanah kelahirannya. Sebab, bagiku tidak ada guna aku mencintai negeri ini. Berbeda halnya dengan ibuku, aku sangat mencintainya. Dalam hidup ini, dialah manusia yang paling berharga. Jika bukan karenanya, aku tidak akan melihat dunia ini. Aku tumbuh dalam kelembutan belaiannya.
Seiring waktu berjalan aku mulai tahu apa yang seharusnya kulakukan, yaitu mengerti lebih dalam apa arti negeri ini bagiku. Dan semua itu dimulai dari kata “Ibu”. Seorang anak tak sepantasnya bertanya pada dunia, “Apa yang sudah ibu berikan padaku?” Sebab, meski pertanyaan itu tidak diajukan, jawabannya sudah lebih dulu diketahui.
Artinya, pertanyaan itu tidak berguna. Hanya orang bodoh yang akan mengajukannya. Sebagai anak, akan terlihat lebih pintar jika ia bertanya, “Apa yang sudah kuberikan pada ibu?”
Sadar atau tidak, ternyata tanah kelahiranku sama dengan ibuku. Pada akhirnya, aku mengerti apa maksud dari pernyataan John F. Kennedy, “Jangan tenyakan apa yang Negara berikan padamu, tapi tanyakan apa yang kamu berikan pada negaramu.”
Lalu, seberapa Indonesiakah dirimu?
B150001790. | 813 Dum h | Perpustakaan Sasana Widyatama (800) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain